Kamis, 30 Juni 2011

Kalender Pendidikan 2011 / 2012

Tahun Pelajaran 2011/2012 ada di depan mata. Sudah siapkah anda menyambutnya? Minimal sedikit mengintip Perkiraan Kaldik tahun 2011/2012. Mau ? Silakan Klik saja disini atau dalam file pdf sini
gimana situasi ujian nasional tahun lalu,hasilnya? sudahkah anda puas wahai teman sejawat...tak ada gading yang tak retak..namun kita bukan gajah,yang jika mati meninggalkan gading tubuhnya jadi bangkai dikubur dilupakan.Guru adalah bagai burung yang senantiasa terbang dengan tujuan.Membawa kebaikan untuk andiknya.menjatuhkan biji-bijian yang kelak akan menjadi generasi yang siap dan dinanti. Ilmumu bagaikan air di lautan,namun alirannya bagai air sejuk di padang pasir. Terima kasihku untukmu Guru.
Format pengolahan nilai ujian tahun 2010/2011 yll benar-benar baru dan sangat membuat beberapa teman bertanya-tanya. Dari nilai proses sampai nilai jadi,belum entri nilai akhir yang di tuangkan dalam skhu sementara.Inilah contoh Format Nilai Prosesnya.

Sabtu, 11 Juni 2011

SUNGGUH NAAS ORANG JUJUR DI KALANGAN ORANG "MUJUR"

dikutip dari http://zukapersona.wordpress.com/2011/06/09/nasib-orang-jujur-di-negara-korup
Nasib Orang Jujur di Negara Korup
Jun 9
Posted by darksiderzukasa

Halo semuanya, hari ini saat mangkal di KasKus, aku menemukan thread yang sangat menarik. Lalu, aku mencari lagi di Media Indonesia untuk mengetahui cerita selengkapnya. Nah, berita yang aku maksud ini sangatlah menarik, dan mungkin bisa menjadi bahan pencerahan bagi pembaca.
Begini beritanya menurut sumber:

SURABAYA–MICOM: Kasus laporan adanya nyontek massal di SDN Gadel II Surabaya, Jawa Timur berbuntut panjang.
Siami dan Widodo keluarga yang melaporkan adanya kecurangan saat Ujian Nasional SD itu diminta warga sekitar meninggalkan rumah, karena dianggap biang permasalahan.
Teriakan agar keduanya diusir menggema di Balai RW Gedel. Mereka yang sebagian wali murid minta agar keduanya diusir, apalagi keduanya hanya pendatang.
”Usir..usir..usir..keduanya tidak punya hati nurani, siswa dan guru yang akhirnya menjadi korban,” teriak wali murid dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan berlangsung tegang, Siami yang berdiri di depan didampingi Kepala Sekolah Sukatman dan 2 guru kelas VI Fathur Rochman dan Prayitno serta dikawal sejumlah aparat kepolisian.
Siami berdiri di depan berusaha meminta maaf, namun suaranya tidak terdengar hiruk pikuk wali murid dan warga yang terus menerus menghujat Siami.
Kata-kata yang diucapkan nyaris tidak terdengar, padahal Siami sudah berusaha berteriak, namun wali murid tidak mau mengindahkan permintaan maaf itu.
”Pokoknya usir saja dia, apalagi dia bukan warga asli, hanya tukang jahit dan buruh. Gara-gara dia akhirnya semuanya menjadi kacau warga tidak tenang,” teriak warga lainnya.
Meskipun diteriaki dan dicaci maki wali murid dan warga, Siami dan Widodo tetap tegar menyampaikan permintaan maaf. Siami tidak menduga akhirnya kasus tersebut melebar.
”Saya minta maaf sebesar-besarnya kepada kepala sekolah dan wali kelas, saya tidak menyangka kalau akhirnya kasus ini melebar ke mana-mana,” katanya.
Tidak banyak yang diucapkan Siami selain hanya permintaan maaf. Siami dan Widodo yang merupakan orang tua AL akhirnya berangkulan dengan kepala sekolah.
Kendati begitu, orang tua murid dan sebagian warga tidak bisa menerima. Mereka berusaha memprotes Siami, namun dicegah petugas kepolisian. Bahkan, untuk pulang harus dikawal petugas kepolisian.
Intimidasi yang diterima Siami dan keluarganya tidak lain berawal dari sikap Siami yang melaporkan bahwa anaknya AL diperintahkan guru memberikan contekan ke siswa lainnya saat Ujian nasional SD berlangsung beberapa waktu lalu.
AL siswa yang dikenal pintar di sekolahnya mendapat perintah dari salah satu gurunya untuk memberikan contekan pada teman-temannya, membuat AL selalu menangis.
”Anak saya selalu menangis di kamar dan ketakutan, karena harus memberikan contekan ke siwa lainnya. Padahal, selama ini dia mandiri,” katanya.
Kasus tersebut sampai ke pers dan kemudian mendatangkan reaksi dari berbagai kalangan. Bahkan, tidak hanya contekan satu siswa, tapi semua siswa diwajibkan memberika contekan atas perintah guru.
Wali murid AL pun melapor ke sekolah dan diteruskan ke dinas pendidikan. Akibat kasus ini, kepala sekolah dan 2 guru mendapat sanksi penurunan pangkat selama 1 -3 tahun dan tidak menjabat sebagai kepala sekolah maupun guru.
Wali Kota Surabaya Tri Rismharini juga sudah menemui kedua orang tua, dan memerintahkan untuk dilakukan penyelidikan serta pemeriksaan. Hasilnya kepala sekolah dan wali kelas akhirnya dicopot dan diturunkan pangkat.
Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Sahudi menyatakan belum bisa memastikan apakah dilakukan ujian ulang atau tidak sebab masih menunggu proses pemeriksaan.
”Kita liat saja nanti seperti apa, yang pasti belum berpikir soal ujian ulang,” katanya, Kamis (9/6). (OL-12)
SUMBER
Inilah gambaran negara Indonesia saat ini. Tanah di mana kecurangan dan kebohongan dijunjung tinggi. Orang jujur tidak memperoleh tempat yang pantas di masyarakat karena semuanya sudah terbiasa hidup dalam kebohongan. Jangankan masyarakat kita, pemerintah kita juga sama saja. Korupsi terjadi dan tidak ada penyelesaiannya, malah koruptor bisa berjalan bebas.
Tidak seperti di negara maju di seberang samudera Atlantik sana atau “saudara tua” kita saat Perang Dunia II, di negara ini, whistle blower malah dihujat dan diusir dari rumahnya. Siapa tahu nanti, orang-orang seperti ini malah dirajam atau dibakar hidup-hidup.
Padahal, jika anda mau membaca beritanya sekali lagi, yang melakukan contek massal itu generasi penerus yang masih (seharusnya) polos dan menikmati masa anak-anaknya. Kenapa bisa terjadi begini? Ya karena mereka diajari oleh orang tua mereka begitu. Padahal mereka seharusnya diajari pemikiran-pemikiran luhur.
Tapi mungkin aku terdengar seperti seorang idealis. Dan tidak ada yang mau mendengar ocehan seorang idealis. Sekarang aku mulai agak realis sedikit.
Memang tidak mungkin berbuat jujur secara murni, apalagi dalam ujian yang menekan. Tapi, akan lebih susah lagi jika ujian itu diboncengi berbagai kepentingan pihak-pihak lain yang SEHARUSNYA tidak perlu ikut! Kepala sekolah takut dimutasi jika siswanya gagal, dinas provinsi takut dipecut jika provinsinya gagal, dinas pendidikan nasional takut dihajar menteri pendidikan. Kalau sudah seperti ini, semuanya hanya menyelamatkan diri masing-masing. Lalu, yang ada di pihak siswa siapa? Ya diri mereka sendiri.
Karena semua orang berpendidikan yang seharusnya mengajar siswa malah sibuk menebalkan kantong dan mencari promosi, tidak ada yang bisa menjadi contoh bagi siswa. Akibatnya, mereka ikuti saja “contoh” yang diberikan atasan mereka. Yaitu berbuat korup dan tidak jujur.
Semoga saja tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi para idealis realis yang percaya bahwa sistem pendidikan Indonesia perlu didobrak habis-habisan dan setuju Ujian Nasional dibuang saja. Berita ini mungkin hanya satu kasus di antara jutaan yang terselubung. Sudah saat berbenah dan berhenti mengurus dunia politik. Atau lebih baik jangan biarkan diri anda masuk ke politik. Politik membuat semuanya berubah. Dan bagi yang merasa tidak suka tulisan ini, selalu ada tombol “Close” di pojok kanan atas browser anda. Gunakan tombol itu, and go FIRETRUCK yourself.

Bagaimana Tanggapan saudara ?